Ini artikel ringan aja…
Kadang heran juga kalau nemu akhawat yang sudah berjilbab besar atau malah sudah cadaran pasang foto di internet. Pakai jilbab atau cadar itu kan tujuannya ingin menutupi, lah sudah ditutupi koq malah memamerkan diri. It doesn’t make any sense for me. Kentara sekali semangat untuk menutupi diri belum ada.
Oke, saya tidak mau bicara panjang-lebar, kita simak saja penuturan para ummahat (bercadar) yang juga risih melihat foto-foto akhawat bercadar yang sengaja dipasang di internet.
Ini kata Al Ukht Ummu Yazid,
Bu-ibu, Mba-mba, Adik-adik, Tante-tante, Mbah Uti-Mbah Uti..yang merasa bercadar atau tidak: Kalau ada lelaki bukan mahram yang memandang lekat wajah Anda [ini bukan untuk keperluan nazhar mau nikah lho yah], Anda merasa risih atau tidak? Kalau saya sih, iya banget. Terus, kalau Anda pajang foto Anda dalam cadar apalagi tidak, dan lelaki bukan mahram dengan bebasnya memandang lekat wajah Anda, sembari mengira-ira bentuk wajah Anda, berimajinasi sedang menggerayangi tubuh Anda meskipun balutan jilbab Anda besar dan berwarna gelap… lalu lelaki itu bangkit gairah birahinya [Anda merasa heran, “kok bisa?”. Ya bisa, namanya aja kelainan seksual. Orang yang memiliki kelainan seksual sebagaimana kelompok zentai/scarf fetish itu banyak kok bertebaran di Facebook ini]…Anda merasa jijay bajay tidak? Kalau saya sih iya…
Kalaulah Anda merasa sama dengan saya, maka sebaiknya turunkanlah foto diri Anda entah dalam balutan cadar terlebih jika tidak. Jika Anda merasa, “Lha saya juga sehari-hari gak pake cadar, karena cadar itu kan hukumnya cuma sunnah afdhaliyyah…muka saya pasti juga bakalan diliat sama orang-orang dong yhaa” –> Ya beda dong melihat orang dalam bentuk nyata dan melihat fotonya. Kalau melihat fotonya, tentu fotonya tidak bisa protes, “Heh…gak usah lama-lama tauk!!! Aku kan malu dipandang lama-lamaaa..uhuk-uhuk” apalagi memarahi sampai menjitak yang memandangnya. Mau dipandangi lekat-lekat ya foto itu pasti diam saja, sehingga yang memandang bisa puas bolak-balik melihat; membayangkan; menikmati pose Anda. Beda halnya jika memandang Anda langsung, terlebih jika Anda sudah bersuami, orang yang tlayar-tloyor terlalu berani memandang Anda lekat-lekat begitu bakalan dipelototi; dimarahi; digetok sama suami Anda.
Kalaulah Anda merasa bahwa, “Saya kan sudah bercadar….foto saya tidak bakalan menarik kok.” –> Itu opini subyektif Anda kan? Karena mungkin Anda belum tahu kenyataan bahwa ada orang yang mengalami penyimpangan seksual, justru malah penasaran dan menikmati bergaul; berbicara dan melihat penampilan wanita dalam balutan jilbabnya [Beuhh..ngeeriii yaa]. Nyatanya foto tetap bisa mengundang birahi…apalagi kalau mengenakan cadarnya tidak terlalu sempurna, malah justru bikin lelaki yang punya penyakit hati tambah penasaran dan makin membayangkan, “Kira-kira wajahnya seperti apa ya?”
Jika Anda memasang foto agar lebih dikenali oleh orang lain khususnya teman, ada cara lain sebetulnya yang bisa membuat Anda dikenal, meski tidak menggunakan foto. Anda bisa mengisi identitas yang cukup lengkap, sehingga mereka bertambah yakin bahwa Anda lah yang mereka cari.
Memajang foto wanita bercadar atau tidak di dunia maya, benar-benar mengundang bahaya…meski kawannya wanita semua. Teman-teman kontak kita yang berjenis kelamin lelaki bukan mahram kan bisa melihat foto tersebut meski kolom komentarnya ditutup. Belum lagi foto tersebut bisa disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab; entah diedit lalu dijadikan gambar porno lah..entah dijadikan kenikmatan seksual lah…atau malah dikoleksi oleh orang yang doyan mengumpulkan foto wanita berjilbab atau wanita bercadar.
Sekali lagi….ayoo, diturunkan yuuk foto-foto dalam cadar apalagi tidak…Bahaiyyaa….bahaiyyaa
Sumber: https://www.facebook.com/ummuyazid.fa/posts/649361908442961
Dan ini kata Al Ukht Ummu Abdirrahman:
FOTO-FOTO…
padahal tidak mengupload foto di fb itu jalan yg sangat baik dan banyak hikmah disana serta banyak kebaikan insya Allah… serta keluar dari ikhtilaf apakah itu bOleh atau tidaknya, terlepas dari penyakit hati ( baik riya maupun penyakit hati antara ikhwan dan akhwat, atau penyakit berupa kedengkian, serta penyakit ‘ain),menghindari mafsadat yang besar…
melihat banyaknya akhwat dan ummahat yang memasukkan foto di fb ( entah apa tujuan dan niat serta maksudnya)… baik itu foto dirinya sendiri, foto anaknya, foto suaminya, foto keluarganya, foto saudarinya, foto teman2nya…
baik itu foto berjilbab atau tidak berjilbab, baik itu berjilbab gaul atau berjilbab syar’iy bahkan tidak jarang banyak yang menggunakan niqob.. yang sangat membuat prihatin yaitu foto akhwat yang bercadar, dengan berbagai macam gaya, dan tidak jarang yang di tag di foto tersebut adalah ikhwan (entahlah mungkin calon suaminya)… meskipun pada hakikatnya semuanya perlu untuk disayangkan..
ana jadi ingat perbincangan perkataan sahabat ana, ketika itu kami belum mengenal dunia FB…
dia penuntut ilmu syar’iy di jakarta sini, biasanya kalu musim liburan dia dijemput ama mahramnya (abang kandungnya), pada saat hendak safar abangnya ingin singgah di tempat teman ikhwannya..
maka dia pun menyuruh si adek untuk menunggu di kos nanti abangnya balik lagi untuk mengambilnya,
kemudian kata si adek: ana ikut aja kesana, ntar ana tunggu antum di luar, kan cuma mau pamitan aja, dari pada antum kesana-kemari…
kata si abang: gak, bahaya…
kata adeknya: bahayanya apa? ana kan dah berjilbab syar’iy begini ( cadar, hitam pula, longgar dan panjang lagi), ana juga gak ketemu teman2 antum…
kata abangnya: bahayanya besar, fitnahnya gede, bisa saja salah seorang melihat anti dan syeithan pun memasukkan penyakit di hatinya.. ( kasian mereka belom sanggup nikah dan mereka juga masih semangat dan ingin tenang dalam menuntut ilmu) dan anti pun demikian..
maka kata si adek: emangnya ana dengan penampilan ana yang begini masih bisa menimbulkan fitnah?
apa kata si abang?
” sudah menjadi sunnaturrasul bahwa fitnah bagi kaum adam adalah antunna ukhti, antunna berjilbab atau tidak berjilbab, berjilbab gaul maupun berjilbab syar’iy, bercadar sekalipun ( ana ingat waktu itu para akhwat sangat takut terjun dalam tabarruj sehingga pakaiannya tidak seperti pakaian2 akhwat yg marak saat ini) maka tetap saja antunna adalah fitnah bagi kaum laki2…
bagi laki2 yang awam, maka fitnah besar mereka adalah wanita2 telanjang ( berpakaian tapi hakikatnya telanjang), yang tidak menggunakan hijab, yg berpakaian seksi…
adapun para ikhwan fitnah wanita yg berpakaian seksi itu bagi mereka besar juga, namun lebih besar lagi fitnah antunna yg sudah berpakaian dan berhijab syar’iy, mereka bisa menundukkan pandangan terhadap wanita2 seksi, namun sulit menundukkan hati terhadap akhwat yg berpakaian syar’iy, bagi kami ( para ikhwan) biasa wanita yg seksi di jalan2, kami bisa menundukan pandangan dari mereka, namun yang tidak biasa bagi kami adalah mengetahui ada akhwat berpakaian syar’iy lewat di dekat kami dan sangat sulit untuk menjaga hati kami, benar kami menundukan pandangan namun hati dan pikiran kami sulit untuk ditundukkan…
melihat wanita yg berpakaian seksi lewat didepan kami, kemudian kami berpaling dan beristigfar itu tidak seberat, melihat kibasan ujung jilbab panjang dan hitam salah seorang dari antunna, itu akan terus terbayang2 dan mengganggu hati2 kami…” ( selesai perkataan si abang)
ketika si adek menceritakan hal itu kepada kami, maka sejak itu kami menghindari jalan melewati tempat yg biasanya di lalui ikhwan, agar tidak mengganggu mereka dengan ujung jilbab kami.. allahul musta’aan…
seorang ustadz waktu itu memberikan nasehat yang membuat beliau sendiri menangis, apalagi kami yang mendengarkannya ( kami pun terisak2 dengan nasehatnya).
nasehat ustadz: ” janganlah kalian para akhwat yg dah berpakaian syar’iy ini menjadi fitnah dan menambahkan fitnah bagi kami para ikhwan, janganlah kalian menjadi penggundah hati2 dan pikiran para ihwan, jangan kalian menyebabkan sholat kami tida khusyuk karena terbayang2 oleh kalian, jangan kalian jadi sebab belajar kami tidak tenang, kerja kami tidak tenang, tidur kami juga tidak tenang, jangan kalian menjadi penyakit di hati para ikhwan…
sungguh kami tidak bisa menundukkan pandangan dari pakian2 kalian, meskipun kalian sudah menutup aurat kalian..karena setan selalu menghiasi kalian, maka tinggallah di dalam rumah jangan keluar untuk hal2 yang tidak penting…menghindarlah berpapasan dengan ikhwan, janganlah melewati tempat2 yg banyak dilewati ikhwan atau melewati rumah mereka, sehingga mereka melihat kalian yg akan menjadikan penyakit besar bagi mereka…….( dan masih panjang lagi nasehat beliau)….”
bagaimana dengan zaman sekarang ini, apalagi setelah lebaran ini, maraaak sebagian ummahat dan akhwat memasukkan foto di FB… sungguh FB membawa banyak manfaat bagi yg memanfaatknnya, namun FB juga membawa banyak mudharat dan keburukan bagi yg tidak bisa mengendalikan diri dan hawa nafsunya.. dizaman ini, bisa saja ada akhwat atau ummahat tinggal di rumah, di kamarnya, tidak keluar bertabarruj dan berlenggak lenggok di depan para ikhwan, tidak berpapasan dengan ikhwan di dunia nyata, namun dalam waktu yang bersamaan, mereka diliat oleh banyak orang dengan diuploadnya foto mereka di fb…
mereka menimbulkan penyakit hati dengan foto berjilbab syar’iy dan bercadar mereka….foto dengan tatapan mata indahnya, dan model cadarnya yg anggun, serta jilbabnya yg panjang…
mereka mengundang para ikhwan untuk memberikan pujian dengan adanya foto tersebut ( sadar atau tidak sadar…) dan banyak lagi…( dah kepanjangaaann…)
nasehat utama dan paling pertama buat pribadi ana, sebelum untuk teman2 dan sahabat yang ada di fb ini… ini khusus buat akhwat, bukan berarti ikhwan tidak apa2 dan bebas yaaa…tetap berusaha untuk menjadi wanita shalehah…
Sumber: http://takmirohibnusinafkugm.wordpress.com/2013/08/13/karena-sekelebat-kainmu-tak-mampu-mereka-tundukkan-hati/
setelah saya menyimak artikel di atas, bararti kita tidak boleh berfoto-foto dan di masukan ke dalam dunia maya gitu gan?
maupun berhijb atau bercadar, apa lg tanpa hijab..betul gan?
terimakasih atas infonya ;)
iya benar
Ini yang bikin saya bingung… aturan nggak boleh nya itu berasal berasal dari otoritas yang mana? Sedangkan bila dinilai dari agama kok malah isinya subjektifitas yang dirangkai jadi penggiringan opini yang seakan2 menjadi syariat.
MasyaAllah panjangnya artikel ringan kang aswad… hanya sayangnya berisi subjektifitas tanpa menempatkan dgn tepat aturan yang syariat tentukan, Aturan aurat telah tertentukan, aturan menundukkan pandangan pun ada,begitupun aturan dakwah bil hal dan juga tahadduts bin nikmah. Isi dunia ini bukan cuma se negatif subjektifitas negative thinker. Kalo seneng sama wanita bercadar ya nikahilah. Kalo masi suka sama yang lain lagi taaddud saja. Islam udah lengkap, jelas dan pasti. Tanpa perlu di berat2kan maupun diremeh2kan. Karena… kalo berat sebelah pasti tidak imbang.
Maksud anda, akhwat cadaran berfoto ria itu adalah dalam rangka dakwah bil hal dan tahadduts bin nikmah?
Andaikan demikian maka metode dakwah seperti itu adalah salah besar. Jilbab (dan juga cadar) diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk menutupi diri wanita dan membuat hari para lelaki lebih selamat. Sedangkan berfoto ria secara implisit menunjukkan sikap ingin dilihat. Ini kontradiktif dengan tujuan memakai jilbab dan cadar. Menutupi diri tapi koq ingin dilihat?
Selain itu syariat Islam yang lain bagi wanita, larangan keluar rumah tanpa hajat, larangan berlembut-lembut dalam bicara, larangan menggunakan parfum, larangan berhias di depan lelaki ajnabi, dll ini semua bertujuan untuk sebisa mungkin melindungi wanita dan membuat hati para lelaki selamat. Dan inilah yang mestinya didakwahkan. Jadi tidak sekedar pakai cadar tapi masih ingin eksis di depan para lelaki dan tidak ada itikad untuk menjaga hati para lelaki.
Tahadduts bin nikmah itu juga tidak serampangan. Jika tahadduts bin nikmah itu malah menimbulkan mudharat yang lebih besar, atau berpotensi menimbulkan mudharat maka terlarang melakukannya.
Akhwat cadaran tidak berfoto-foto itu hal yang sangat mudaaah sekali, tinggal matikan kamera, selesai. Sama sekali tidak memberat-beratkan. Justru para akhwat yang berfoto ria lalu di upload di internet perlu khawatir jangan-jangan itu meremehkan perintah melindungi kehormatan diri, meremehkan bahaya fitnah wanita, meremehkan larangan tabarruj, dan syariat yang lainnya.
Tidak ada salahnya anda juga membaca artikel berikut:
http://muslimafiyah.com/selfie-cadar-menutupi-tetapi-hakikatnya-ingin-dilihat.html
Baarakallahu fiik
penjelasanx sangat rumit untuk di mengerti….
Semoga bisa selalu menjadi panduan kebaikan bagi kita semua :) Berani Hijrah Aamiin.
Alhamdulillah kang, terima kasih atas artikel ringan nya. Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Cuma disayangkan, ada iklan di halaman ini dari gravity yg menunjukkan gambar tidak sepatutnya.
Iya memang, mungkin antum tau cara menghilangkannya?
Itulah WordPress kang, kalau di blogspot ga ada kayaknya.
Terima kasih atas nasehatnya Ikhwan… Semoga saya bisa menjadi muslimah yang lebih baik lagi dalam menjaga diri.
Alhamdulillah ketemu artikel ini.. Alhamdulillah
Renungkanlah akhwatifillah… insyAllah ini tidak sulit untuk dimengerti
Dosa-dosa halus “sebesar biji dzarrah” mungkin sudah banyak kita lakukan secara sadar atau tidak.. dalam hal ini salah satunya..
Saya pribadi, melihat wanita bercadar, makin menimbulkan fitnah. Saya tidak tau siapa dibalik cadar tsb. Apakah dia penculik? Pengedar? Pembunuh?DPO?
Bikin saya besyak wasangka tak baik. Malah menimbulkan fitnah.
Lagian, kok ya kepedean, wajahnya menimbulkan syahwat. Duileehhh picik bener pikirannya.
Menjalankan agama dengan benar memang menjadi ujian bagi yang menjalankannya. Ujian harus dilewati, bukan ajarannya digugurkan. Kalau demikian cara berpikirnya, rajin shalat bisa jadi fitnah, ya sudah jangan shalat? Berjenggot jadi fitnah, ya sudah cukur jenggot (padahal haram hukumnya)? Pakai jilbab lebar jadi fitnah, sulit kerja, terbentur peraturan di sana-sini, ya sudah jangan berjilbab? Tidak mau sentuhan dengan lawan jenis jadi fitnah, dibilang ekstrem, aneh, kaku, kolot, ya sudah pegang-pegang lawan jenis?
Mungkin maksudnya Mbak Melly ini supaya ngga terlalu ekstrim kali ya. Dari kang Aswad, juga menarik: tidak mau sentuhan dengan lawan jenis vs pegang2 lawan jenis. Dua2nya ekstrim, menurut saya, hehe. Ya kalau mempekenalkan diri, salaman sepatutnya, nggak usah pegang2 juga. Pegang2 mah serem euy! Apapun yang dijalani dan dipilih, pasti selalu ada pihak yang pro maupun kontra. Mana yang benar? Pilih yang sesuai dengan suara hati. Pada akhirnya, kita yang menjalani, bukan orang lain. :) Kalau mau pakai cadar/niqab/burqa, ya pakai saja, kalau mau pasang foto selfie, ya pasang aja terserah. Negara bebas tho ;)
Kalau mau mengikuti prinsip bahwa “negara ini khan negara bebas” maka murtad itu boleh, ngga beragama juga boleh, zina itu boleh kalau sama-sama mau, makan riba boleh, makan babi boleh, telanjang di depan umum juga boleh. Itu kalau mau bebas-bebasan. Kalau saya, penulis artikel di atas dan sebagian komentator di sini, berprinsip bahwa yang terbaik adalah mengikuti aturan Islam. Karena kita ini ada yang menciptakan lho, maka Yang Menciptakan kita lebih tahu apa yang baik untuk kita, maka kita ikuti aturan dari Yang Maha Menciptakan.
Semoga Allah memberi taufiq.
Terkadang bikin bingung.., contoh ya kang.. klo ada akhwat yg upload foto.. katanya mau mendakwahkan apa yg dikenakan. Ternyata… antara mau dakwah dan mau eksis beda tipis. Contoh lagi ya.. terkadang, klo kita nemukan akhwat yg upload foto, kita diminta utk berikan udzur kepada nya, krn baru hijrah katanya.. Dakwah, eksis, atau… yasudah lah.
Dakwah harus dengan cara yang benar, bukan sembarang cara atau modal semangat.
izin share di blog ana, akh