Jika ada yang berkata, “kamu bisanya cuma menasehati, nasehatmu tidak berguna!”.

Kita jawab, memang, nasehat itu tidak berguna kecuali bagi orang-orang yang masih memiliki iman. Allah Ta’ala berfirman:

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

“Berilah peringatan! Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz Dzariyat: 55).

Nasehat itu hanya bermanfaat bagi orang-orang yang takut kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:

فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَىٰ سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَىٰ وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى

“Berilah peringatan jika memang peringatan itu bermanfaat. Sehingga dengan peringatan itu, orang-orang yang takut kepada Allah akan mendapat pelajaran, dan orang-orang yang celaka akan menjauh” (QS. Al-A’laa: 9-11).

Orang yang beriman haus akan nasehat. Ia menganggap nasehat kebaikan sebagai suatu hal yang sangat berharga. Dalam sebuah hadits, disebutkan:

الكلمةُ الحِكْمَةُ ضالَّةُ المؤمنِ، فحيثُ وجدها فهو أَحَقُّ بها

“Kalimat yang hikmah bagi orang yang beriman itu bagaikan barangnya yang hilang. Ia akan merasa berhak memilikinya dimanapun menemukannya” (HR. Tirmidzi no. 2687. Dalam Dha’if At Tirmidzi, Al Albani mengatakan: “dha’if jiddan”).

Walaupun hadits ini lemah, namun maknanya benar. Bahkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun menerima kebenaran dari perkataan setan yang mengatakan bahwa membaca ayat kursi sebelum tidur akan melindungi seseorang dari gangguan setan sampai pagi (HR. Bukhari no. 2311).

Adapun orang-orang yang hatinya rusak, sombong dan lemah imannya kepada Allah, maka ia tidak bisa mengambil manfaat dari nasehat.

Sebagaimana kaum musyrikin, yang mereka ngeyel berbuat kesyirikan dan enggan menerima nasehat. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

‘Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?‘ (QS. Al Baqarah: 170).

Demikian juga kaum munafik yang sombong dan enggan menerima nasehat. Mereka diancam dengan neraka karena perbuatan tersebut. Allah ta’ala sebutkan tentang mereka,

وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ

“Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya” (QS. Al Baqarah: 206).

Dan segala bentuk ucapan menolak nasehat adalah ucapan yang paling dimurkai Allah ta’ala. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إن أبغض الكلام إلى الله أن يقول الرجل للرجل: اتق الله، فيقول: عليك بنفسك

”Sesungguhnya kalimat yang paling dibenci oleh Allah adalah jika seseorang menasehati temannya, ’bertaqwalah kepada Allah’, lalu ia menjawab: ’urus saja dirimu sendiri” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 1/359, dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah, no. 2598).

Dan jika nasehat yang disampaikan adalah kebenaran yang dilandasi oleh Al Qur’an dan As Sunnah, kemudian ditolak, ini sangat berbahaya. Dikhawatirkan ia tidak sekedar menolak nasehat namun juga menolak dan berpaling dari Al Qur’an dan As Sunnah yang disampaikan tersebut. Dan ini adalah kekufuran, wal ‘iyyadzubillah. Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

“Dan orang-orang yang kafir, mereka berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaf: 3).

Semoga kita menjadi orang-orang tulus menerima nasehat, walaupun nasehat itu pahit.

Semoga Allah ta’ala memberi taufik.