Sungguh PeDe sekali
Orang yang ketika Idul Fitri
Merasa sudah suci
Dosa-dosa tak bersisa lagi
Dan kembali seperti bayi
Padahal ia puasa sekedar ikut tradisi
Shalat tarawih cuma beberapa hari
Baca Qur’an hanya sesekali
Sedekahnya ingin dipuji
Larangan agama pun tak dijauhi
Lailatul Qadar, ia tak peduli
Sibuk pikirkan gaji bulan ini
Katanya untuk baju anak-istri
Kalau halnya begini
Mungkinkah dosa-dosa diampuni?
Eh, ketika Idul Fitri
Ia merasa sudah suci
Dosa-dosa tak bersisa lagi
Dan kembali seperti bayi
Sungguh PeDe sekali
Love the rhyme ;)
برك الله فيك…….
nice post..barakallahu..
ijin copas ya akhi..
leres pakdhe, padahal artinya kan kembali berbuka nggih, bukan kembali suci……..
hahaha… sangat mengena… barakallahu fiik ya akhiy..
tapi ada sedikit pertanyaan, apakah penyebutan lailatul qadar udah bener? ato lailatul qadr yang bener? soale ada seorang ustadz yang pernah mengkritik penyebutan lailatul qadar, karena akan beda makna.
keep post..,.
Pertanyaan bagus, sangat teliti. Sebelumnya ana kurang memperhatikan. Tapi setelah antum singgung ana jadi ngecek ke Lisaanul ‘Arab, di sana dikatakan, tentang makna lailatul qadr:
ابن سيده: القَدْرُ والقَدَرُ القضاء والحُكْم، وهو ما يُقَدِّره الله عز وجل من القضاء ويحكم به من الأُمور. قال الله عز وجل: إِنا أَنزلناه في ليلة القَدْرِ؛ أَي الحُكْمِ
…..
والقَدَرُ: كالقَدْرِ، وجَمْعُهما جميعاً أَقْدار
Jadi, Lailatul Qadr ataupun Lailatul Qadar itu sama saja dari segi bahasa.
Lebih lagi, kalau kita anggap Lailatul Qadar ini sebagai bahasa Indonesia resapan dari bahasa Arab. Seperti perang Badar, aslinya Badr. Silaturahmi, aslinya sillaturrahim. Allahu’alam.
Benar sekali ya akhiy, semoga ini menjadi renungan kita semua. Ijin copy ya.
ijin nge-share ya kang…di FB
Kenapa rajin memperhatikan orang lain, sementara Al-Qur’an mengajarkan kita untuk memperhatikan diri kita terlebih dahulu. Jika kita memperhatikan orang dengan kebencian, tanyalah diri kita dulu, mengapa ada kebencian pada diri kita dalam memandang orang lain. Islam dijadikan Allah SWT sebagai rahmat. Mengapa harus membeda-bedakan teman…?
Islam memerintahkan kita untuk menasehati saudara kita sesama muslim. Silakan baca:
Tentunya juga berusaha mengamalkan ilmu pada diri sendiri dahulu. Tapi apa yang sudah dilakukan untuk diri sendiri tidak perlu diumumkan bukan? Bukan kebaikan kalau saya berkata ‘saya sudah baca qur’an segini dan segitu’, ‘saya rutin shalat tarawih’, ‘saya sudah sedekah segini dan segitu’, dst.
mohon ijin disebarluaskan……
Ijin share di FB akhy…Jazaakallohu khoiron…
yang tersinggung pada sewot aja..
jujur ane khawatir termasuk yg ada di syair itu….. astaghfirullah
tapi anyway, itu nasihat yg indah..
hanya hati orang2 yg “berpenyakit” yg merasa tersinggung dengannya
kalo setiap orang yg memberikan nasihat dikatakan ‘sok memperhatikan orang lain’, MAKA TIDAK ADA LAGI SALING MENASIHATI di antara kaum muslimin