Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang utama. Allah ta’ala bersumpah dengan 10 hari bulan Dzulhijjah. Allah ta’ala berfirman:

وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) 

“Demi waktu fajar dan demi malam yang sepuluh” (QS. Al Fajr: 1 – 2).

Abdullah bin Abbas menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan 10 malam tersebut adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. 

Demikian juga terdapat dalam hadits Jabir bin Abdillah secara marfu’ :

إنَّ العَشْرَ عَشْرُ الأضْحى، والوِترَ يومُ عَرَفةَ، والشَّفعَ يومُ النَّحرِ

“Yang dimaksud dengan 10 hari adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, adapun yang ganjil adalah hari Arafah dan yang genap adalah hari menyembelih (10, 11, 12, 13 Dzulhijjah)” (HR. Ahmad no.14511, dihasankan oleh Syu’aib Al Arnauth, didhaifkan Al Albani dalam Silsilah Adh Dha’ifah no.3938).

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

ما مِن أيَّامٍ العملُ الصَّالحُ فيها أحبُّ إلى اللَّهِ من هذِهِ الأيَّام يعني أيَّامَ العشرِ ، قالوا : يا رسولَ اللَّهِ ، ولا الجِهادُ في سبيلِ اللَّهِ ؟ قالَ : ولا الجِهادُ في سبيلِ اللَّهِ ، إلَّا رَجلٌ خرجَ بنفسِهِ ومالِهِ ، فلم يرجِعْ من ذلِكَ بشيءٍ

“Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah)”. Para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah lebih utama dari jihad di jalan Allah?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Lebih utama dari jihad fi sabilillah, kecuali orang yang pergi berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (mati syahid)” (HR. Al-Bukhari no.969,  Abu Daud no2438 dan ini lafadznya, dishahihkan oleh Al Albani)

Amalan-amalan di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah

Pertama: amalan shalih secara umum

Secara umum, amalan shalih di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah lebih utama dan lebih besar pahalanya. Sebagaimana hadits Abdullah bin Abbas di atas. 

Maka di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah perbanyaklah amalan shalih seperti shalat sunnah, membaca Al Qur’an, sedekah, berdzikir, berdoa, membantu orang lain, silaturahmi, menuntut ilmu syar’i, berdakwah dan amalan shalih lainnya.

Kedua : perbanyak puasa sunnah di 9 hari pertama bulan Dzulhijjah

Diriwayatkan dari sebagian istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam , mereka berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِىْ الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرِ، وَأَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيْسَ

“Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, puasa hari ‘Asyura, puasa tiga hari pada setiap bulan, dan hari Senin pertama awal bulan serta hari Kamis” (HR. Abu Daud no. 2437, didhaifkan oleh Syu’aib Al Arnauth, dishahihkan oleh Al Albani).

Hadits ini sebenarnya tidak secara tegas menganjurkan puasa 9 hari pertama bulan Dzulhijjah. Namun sudah termasuk dalam keumuman hadits Abdullah bin Abbas di atas. 

Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata:

لا مانع إذا صامت السابع، والثامن، والتاسع؛ لا حرج، أو صامت أكثر من ذلك، المقصود أنها أيام، أيام ذكر، وأيام صوم، فإن صامت التسعة كلها، فهذا طيب وحسن، وإن صامت بعضها، فكله طيب، وإذا اقتصرت على صوم عرفة فقط، فهو أفضلها يوم عرفة

“Tidak mengapa jika seseorang hanya puasa tanggal 7 Dzulhijjah saja, atau tanggal 8 Dzulhijjah saja, atau tanggal 9 Dzulhijjah saja, atau puasa lebih banyak dari itu. Intinya 10 hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari mulia, hari memperbanyak dzikir, hari memperbanyak puasa. Jika seseorang puasa 9 hari semuanya, maka ini baik. Jika hanya sebagian saja, juga baik. Jika hanya puasa tanggal 9 Dzulhijjah saja maka itu hari paling utama, yaitu hari Arafah” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi no.732, pertanyaan ke-1).

Ketiga : puasa Arafah

Dari Abu Qatadah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah, bahwa ia dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang. Dan puasa Asyura, aku berharap kepada Allah, bahwa ia akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162).

Keempat: memperbanyak dzikir, terutama takbir

Allah ta’ala berfirman : 

وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ

“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang” (QS. Al-Baqarah: 203).

Dalam ayat lain, Allah ta’ala berfirman 

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan” (QS. Al Hajj: 28).

Jumhur mufassirin menafsirkan “ayyam ma’lumat” maksudnya adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. 

Diriwayatkan oleh Al Bukhari,

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا . وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ .

“Abdullah bin Abbas mengatakan {Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang} maksudnya yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijah. Adapun {hari yang telah ditentukan} maksudnya hari-hari tasyriq. Dan dahulu Ibnu ‘Umar serta Abu Hurairah biasa keluar ke pasar pada 10 hari pertama Dzulhijah untuk bertakbir. Lalu orang-orang pun ikut bertakbir bersama mereka berdua. Muhammad bin ‘Ali (bin Abi Thalib) pun bertakbir setelah shalat sunnah” (HR. Al Bukhari secara mu’allaq).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu secara marfu’:

مَامِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ اَلْعَمَلُ فِيْهِنَّ مِنْ عَشْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ، فَعَلَيْكُمْ بِالتَّسْبِيْحِ وَالتَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ.

“Tidak ada hari-hari yang amal shâlih lebih dicintai oleh Allâh dari pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Maka hendaklah kalian bertasbih, bertahlil, dan bertakbir” (HR. Abu ‘Utsman al-Buhairi dalam kitab al-Fawa-d. Dihasankan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 3/399).

Kelima: shalat Idul Adha dan kurban

Allah ta’ala berfirman:

فصل لربك وانحر

“Maka shalatlah kamu untuk Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS. Al Kautsar: 2).

Wallahu a’lam.