سئل الشيخ العثيمين رحمة الله تعالى عن الفرق بين ما يسمى بأسبوع الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمة الله والاحتفال بالمولد النبوي حيث ينكرعلى من فعل الثاني دون الأول
:فأجاب
الفرق بينهما حسب علمنا من وجهين
الأول: إن أسبوع محمد بن عبد الوهاب رحمة الله تعالى لم يتخذ تقربا إلى الله عز وجل، وإنما يقصد به إزالة الشبهة في نفوس بعض الناس في هذا الرجل ويبين ما من الله به على المسلمين على يد هذا الرجل.
الثاني: أسبوع الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمة الله لا يتكرر ويعود كما تعود الأعياد بل هو أمر بين للناس وكتب فيه ما كتب وتبين في حق هدا الرجل ما لم يكن معروفا من قبل لكثير من الناس ثم انتهى أمره
من كتاب فتاوى العقيدة للشيخ محمد بن صالح بن عثيمين
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang apa perbedaan antara “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullah” dengan “Perayaan Maulid Nabi”. Mengapa Maulid Nabi diingkari namun acara tersebut tidak diingkari?
Beliau menjawab:
Menurut hemat saya, perbedaannya dilihat dari dua sisi:
Pertama, “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullahu Ta’ala” tidak dianggap sebagai suatu bentuk taqarrub kepada Allah Azza Wa Jalla. Acara ini diadakan dalam rangka meluruskan info-info yang rancu mengenai pribadi beliau. Juga menjelaskan tentang nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin melalui tangan beliau (yaitu jasa-jasa beliau, pent).
Kedua, “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullahu Ta’ala” tidak diadakan secara rutin dan sebagaimana rutinnya hari raya. Isi dari kegiatan ini adalah memberikan menjelaskan dan merilis tulisan-tulisan beliau kepada masyarakat serta menerangkan tentang pribadi beliau. Karena penjelasan tentang hal ini banyak belum diketahui banyak orang. Hanya sebatas itu lah kegiatannya.
Sumber: Majmu’ Fatawa Al Aqidah Li Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
Dinukil dari: http://www.sahab.net/FORUMS/showthread.php?p=423195
Dalam acara Daurah Syar’iyyah ke-3 bulan Rabi’ul Akhir 1438 di Surakarta kami tanyakan satu pertanyaan kepada Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily, “Ya Syaikh, orang yang biasa mengadakan peringatan Maulid Nabi mengatakan: ‘Mengapa kalian membid’ahkan kami karena memperingati Maulid Nabi tapi kalian juga membuat acara Usbu’ Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab?’. Bagaimana menjawab pertanyaan ini?”.
Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily menjawab:
Pertama, jangan berhujjah dengan perbuatan orang. Dalam hal ini jangan berhujjah dengan perbuatan Kerajaan Saudi Arabia. Yang menjadi hujjah adalah Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Adapun Kerajaan Saudi Arabia tidaklah ma’shum, tidak bebas dari kesalahan.
Kemudian, jangan berhujjah dengan sebuah kesalahan. Memang latar belakang diadakannya Usbu’ Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab ini tujuannya baik, yaitu Kerajaan Saudi Arabia ingin menyebarkan ilmu Syaikh, menyebarkan kebaikan Syaikh, menyebarkan kitab-kitab Syaikh. Dan acara ini bukan untuk memperingati kelahiran beliau, dan tidak dilaksanakan pada hari lahir beliau. Namun di sana terdapat beberapa hal yang mahzhur, seperti adanya pemajangan gambar beliau, dan yang lainnya. Sebagian ulama memang memandang bahwa acara ini baik, namun sebagian ulama juga tidak setuju dan memberikan kritikan.
‘Ala kulli haal, kita tidak merayakan Maulid Nabi karena Shallallahu’alaihi Wasallam tidak melakukannya, para sahabat Nabi tidak melakukannya.
Maka berhujjah dengan acara ini tidaklah dibenarkan. Para ulama mengkritik acara ini. Dan beberapa tahun belakangan acara ini sudah tidak lagi diadakan.
(dinukil secara makna)
Sekedar info, usbu’ atau program sepekan di Saudi itu tidak hanya “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab”, banyak usbu’-usbu’ para tokoh yang lain. Dan juga tidak hanya tentang tokoh-tokoh, ada juga usbu’ al murur (pekan lalu lintas) yang pada pekan itu banyak seminar dan acara-acara terkait berlalu-lintas yang baik, dan semacamnya. Sekedar info juga program-program usbu’ tersebut tidak dilaksanakan di semua daerah di Saudi, jadi program pemerintah sebagian daerah saja. Apalagi di luar Saudi, semisal di Indonesia, orang-orang yang disebut ‘wahabi’ di Indonesia tidak merayakan apa-apa yang terkait dengan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab atau ulama lain. Fa’tabiruu yaa ulil abshar..
Untuk memahami bid’ah dengan baik, silakan baca beberapa artikel berikut:
Mengenal Seluk Beluk BID’AH (1): Pengertian Bid’ah — Muslim.Or.Id
Mengenal Seluk Beluk BID’AH (2): Adakah BID’AH HASANAH? — Muslim.Or.Id
Mengenal Seluk Beluk BID’AH (3): Berbagai Alasan Dalam Membela Bid’ah — Muslim.Or.Id
Mengenal Seluk Beluk BID’AH (4): Dampak Buruk BID’AH — Muslim.Or.Id
Bid’ah Dalam Perkara Duniawi
Apakah Anda Tidak Takut Berbuat Bid’ah?
Keanehan-Keanehan Pelaku Bid’ah
mohon maaf ya, saya kok belum bisa menerima penjelasan ini karena rasulullah telah bersabda : barang siapa beramal dengan suatu amalan yang aku tidak pernah perihtahkan maka tertolak
Yang dimaksud hadits tersebut adalah Bid’ah dalam amalan ibadah. Amalan ibadah itu yang dianggap berpahala. Orang yang mengadakan maulid Nabi meyakini bahwa Maulid Nabi adalah ibadah yang berpahala. Sedangkan acara tersebut adalah acara biasa, tidak dianggap mendatangkan pahala dari segi dzat acaranya.
Acara ini semisal hari Kartini di Indonesia. Pada hari Kartini tidak ada orang kumpul2 ber-shalawat untuk Ibu Kartini atau meyakini akan dapat pahala bila kumpul-kumpul merayakan hari kartini. Pada hari kartini pemerintah atau para aktifis hanya merilis tulisan2 beliau, mengembar-gemborkan idealisme beliau, banyak diceritakan biografi beliau di media, di TV, dll tanpa ada acara khusus. Hanya saja hari kartini ini pada hari lahir Ibu Kartini, sedangkan Pekan Memorial Syaikh Ibnu Abdil Wahhab bukan pada hari lahirnya.
gelo……………..apa bedanya..
yak, pembaca sekalian, inilah contoh pembaca yang sulit memahami sesuatu yang mudah dan berakhlak pencela
bukan untuk Allah. berarti sia-sia dong kang?
Makan, bukan aktifitas yang mendatangkan pahala dengan sendirinya, maka makan bukanlah aktifitas ibadah. Namun jika makan kita niatkan, agar bisa kuat menjalankan kewajiban-kewajiban maka makan menjadi aktifitas non-ibadah yang bernilai ibadah. Ingat, jenisnya tetap aktifitas non-ibadah tapi mendatangkan pahala karena niat.
Shalat, secara dzatnya adalah aktifitas ibadah. Walaupun orang yang shalat itu tidak ikhlas, shalat tetaplah jenis aktifitas ibadah namun bernilai non-ibadah jika tidak ikhlas.
Nah, coba renungkan permisalan tersebut.
Saya sangat setuju, mengingat banyaknya orang-orang yang membuat fitnah terhadap beliau, khususnya dari pelaku-pelaku bid’ah, syirk dan penyeru kesesatan, seperti yang banyak ditulis dalam blog abu salafy dan sejenisnya. Namun niat kita tetap dijaga untuk pembelaan terhadap ulama ahlus sunnah, sebagaimana perintah Allah SWT. Dan untuk menjaga jangan sampai mengarah pada pengkultusan dan menjadi syariah, jangan dijadikan rutinitas. Saya menyarankan bukan hanya pembelaan ditujukan kepada Muhammad bin Wahab, tetapi juga ulama lainnya yang sering difitnah, seperti Al Bani, Bin Baz dan ulama ahlussunnah lainnya. Semoga mendapat pahala disisi Allah SWT. Amin.
Menginatkan kepada Nabi disebut Bid’ah sedang kan mengingatkan kepada muhammad bin abd wahab tidak??!
memalukan sikap kaum muslim yg ini….mana ajaran kalian untuk kembali ke Sunnah Nabi?? cinta Nabi?
dgn berbagai argumen anda membela muhammad bin abd wahab, wahai kaum najeed??
Baiklah, saya anggap anda belum paham tulisan di atas. Mudah2an diberi hidayah oleh Allah.
Kang Aswad,
paling mudah ngejawab memang kayak gitu..nggak perlu mikir lagi..bilang aja blm dapet hidayah..case close :)
Hidayah itu apa? petunjuk ya?…kadang2x bikin binun juga yg dapet petunjuk yg mana yg ngaco yg mana..tinggal kuat2x an claim aja kali ya..
Karena yang ditanya oleh komentator di atas sebenarnya sudah jelas di jawab dalam artikel.
Maksud saya, moga2 dapat hidayah untuk dapat memahami artikel di atas dengan pemahaman yang baik.
kayaknya abdul wahab lebih hebat dari nabi Muhammad yah?ckckckck…
bukankah nabi muhammad justru orang suci “ma’shum” yang menyelamatkan umat? memang gak masuk akal nalar wahabiyin itu. :D
Pertama, menentukan masyru’-nya ibadah dengan dalil mas bukan dengan nalar.
Kedua, Rasulullah lebih berjasa terhadap ummat ketimbang Muhammad bin Abdil Wahhab, sehingga lebih layak dirayakan ulang tahun-nya dan dikenang jasanya? Begitu maksud anda? Berarti anda tidak paham tulisan di atas.
Merayakan ulang tahun itu tidak boleh mas dalam Islam, baca:
https://kangaswad.wordpress.com/2009/07/16/sikap-yang-islami-menghadapi-hari-ulang-tahun
‘ulang tahun’ Rasulullah pun tidak boleh, para sahabat pun tidak ada yang merayakan ulang tahun Rasulullah. Lebih lagi , ulang tahun Syaikh Ibnu Abdil Wahhab. Acara yg dibahas di atas bukanlah perayaan ulang tahun beliau.
Maulid Nabi diyakini sebagai ibadah, yang ikut datang ke acara Muludan merasa mendapat pahala, terlebih dalam ritual tersebut ada urutan ritualnya. Jelas-jelas ini ibadah, yang tidak ada asalnya. Sedangkan acara di atas tidak diyakini sebagai ibadah, melainkan aktivitas non-ibadah sebagaimana kita mempublikasikan sejarah pahlawan nasional.
Semoga bisa dipahami.
bukannya itu namanya mubazir kang?
mubazir kan perbuatan setan yg selalu digembar-gemborkan untuk menyerang maulid?
Syekh Utsaimin dalam karyanya, al-Manahi al-Lafdziyyah hal 161. Di situ ia menulis:
وَلاَ أَعْلَمُ إِلىَ سَاعَتيِ هَذِهِ اَنَّهُ جَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَفْضَلُ اْلخَلْقِ مُطْلَقاً فيِ كُلِّ شَئٍْ
“Dan saya tidak mengetahui sampai detik ini bahwa Muhammad adalah makhluk Allah yang lebih utama dari segala makhluk apa pun secara mutlak”
bagaimana penjelasan anda tentang hal ini?
Kalau anda baca dengar cermat, maka tidak akan ada kesimpulan mubazir. Sudah dijelaskan bahwa usbu’ yang ada bukan hanya usbu’ Muhammad bin Abdil Wahhab, tapi tokoh-tokoh ulama dan pahlawan bagi arab saudi dan bukan pada tanggal lahir mereka. Kegiatannya juga bukan hura-hura, makan-makan, nyanyi-nyanyi seperti pada acara Maulid Nabi. Namun isinya seminar di beberapa tempat, halaqah, pembagian buku gratis, dll. Bagi warga saudi tentu itu manfaat mengenal siapa saja ulama dan siapa saja pahlawan. Biar jelas mana tokoh kebenaran mana tokoh kesesatan. Terlebih lagi banyak orang yang menebarkan kerancuan sehingga tokoh kebenaran dikesankan sebagai tokoh kesesatan. Akibatnya, hal yang benar dianggap sesat.
Memang benar Syaikh Al Utsaimin berkata demikian. Namun ini perkara ijtihadiyyah. Sebab tidak ada nash yang sharih menyatakan bahwa afdhalul khalqi (makhluk paling utama) adalah Rasulullah Shallallahu’alaih Wasallam. Kalau afdhalun naas (manusia paling utama), iya, ahabbuun naas (manusia yang paling dicintai), iya. Sedangkan jika bicara soal makhluk, apakah Rasulullah lebih utama dari Malaikat? Ulama beda pendapat. Karena malaikat itu tidak pernah melakukan kesalahan, sedangkan Rasulullah ma’ruf sebagai manusia tentu pernah salah dan lupa. Lalu juga, apakah Rasulullah lebih utama dari surga? Bukankah surga juga makhluk? apakah Rasulullah lebih utama dari ‘Arsy? apakah Rasulullah lebih utama dari langit ke 7? Nah karena tidak ada nash yang sharih mengenai perbandingan-perbandingan itu, Syaikh memiliki tawaqquf, tidak berpendapat.
Dan saya tidak tahu anda menukil perkataan itu copas dari blog orang, atau langsung dari kita manahi lafzhiyyah. Karena hanya dipotong bagian itu saja sehingga terkesan Syaikh Al Utsaimin meremehkan Nabi dan tidak cinta Nabi. Padahal perkataan sempurnanya:
المشهور عند كثير من العلماء إطلاق أن محمداً صلى الله عليه وسلم أفضل الخلق ، كما قال الناظم :وأفضل الخلق على الإطلاق *** نبينا فمل عن الشقاق
لكن الأحوط والأسلم أن نقول: محمد صلى الله عليه وسلم سيد ولد آدم، وأفضل البشر، وأفضل الأنبياء، أو ما أشبه ذلك اتباعا لما جاء به النص، ولم أعلم إلى ساعتي هذه أنه جاء أن النبي صلى الله عليه وسلم أفضل الخلق مطلقاً في كل شيء . . . فالأسلم أن الإنسان في هذه الأمور يتحرى ما جاء به النص
“Pendapat yang masyhur dikalangan ulama adalah bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaih Wasallam itu makhluk yang paling utama. Sebagaimana syair,
‘Rasulullah adalah makhluq terbaik secara mutlak, ia Nabi kita, maka jauhilah perselisihan’
Namun yang lebih hati-hati, kita katakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaih Wasallam itu sayyid waladi adam (pemimpin manusia), dan afdhalul basyar (manusia yang paling utama) dan afdhalul anbiya (Nabi yang paling utama), atau semisal itu karena itu semua sebagaimana apa yang disebutkan oleh Nash. Dan saya belum mengetahu sampai saat ini dalil yang menyatakan Nabi Shallallahu’alaih Wasallam itu makhluk yang paling utama dalam segala hal secara mutlak. Maka yang lebih hati-hati dalam masalah ini, hendaknya mengikuti apa yang ada pada Nash”.
dengan penjelasan diatas saya faham dengan maksud akang dan semakin jelas jika di sambungkan dengan perkataan Nabhani :
إلا أن هذه العصمة للأنبياء والرسل، وإنما تكون بعد أن يصبح نبيًّا أو رسولا بالوحي إليه، أما قبل النبوة والرسالة فإنه يجوز عليهم ما يجوز على سائر البشر، لأن العصمة هي للنبوة والرسالة
“Hanya saja keterjagaan para nabi dan rasul itu terjadi sesudah mereka menjadi nabi atau rasul dengan memperoleh wahyu. Adapun sebelum menjadi nabi dan rasul, maka sesungguhnya bagi mereka boleh terjadi perbuatan yang terjadi pada manusia biasa, karena keterjagaan itu hanya bagi kenabian dan kerasulan.” (Taqiyuddin an-Nabhani, al-Syakhshiyyat al-Islamiyyah, juz 1, hlm 132)
dalam tayangan youtube Tuan guru nik azis berkata”Nabi Muhammad SAW itu kemuliaannya ketika berumur 40th sebelum itu ia tidaklah ma’shum, ketika ia kecil muhammad sama seperti Mamat -Mamat yg lain di kampung.
tentu anda setuju dengan hal ini bukan?
namun semakin janggal ketika anda bertanya “Apakah rasulullah itu lebih mulia daripada malaikat dan syurga?
bukankah kita lebih mulia dari pada malaikat jika kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT, namun akan lebih hina dari pada binatang ketika selalu bermaksiat?
Jika demikian apakah ada riwayat yg mengatakan rasulullah pernah bermaksiat sewaktu dilahirkan sampai beliau wafat hingga beliau tidak lebih mulia daripada malaikat?
Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak/Mustadrak Shahihain jilid 11/651 mengetengahkan hadits yang berasal dari Umar Ibnul Khattab ra. (diriwayat- kan secara berangkai oleh Abu Sa’id ‘Amr bin Muhammad bin Manshur Al-‘Adl, Abul Hasan Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim Al-Handzaly, Abul Harits Abdullah bin Muslim Al-Fihri, Ismail bin Maslamah, Abdurrahman bin Zain bin Aslam dan datuknya) sebagai berikut, Rasulallah saw.bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ الله.صَ. : لَمَّا اقْتَرَفَ آدَمَُ الخَطِيْئَةَ قَالَ: يَا رَبِّ أسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لِمَا غَفَرْتَ لِي,
فَقالَ اللهُ يَا آدَمُ, وَكَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أخْلَقُهُ ؟ قَالَ: يَا رَبِّ ِلأنَّـكَ لَمَّا خَلَقْتَنِي بِيدِكَ
وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتُ رَأسِي فَرَأيـْتُ عَلَى القَوَائِمِ العَرْشِ مَكْتُـوْبًا:لإاِلَهِ إلاالله
مُحَمَّدَُ رَسُـولُ اللهِ, فَعَلِمْتُ أنَّكَ لَمْ تُضِفْ إلَى إسْمِكَ إلا أحَبَّ الخَلْقِ إلَيْكَ, فَقَالَ اللهُ
صَدَقْتَ يَا آدَمُ إنَّهُ َلاَحَبَّ الخَلْقِ إلَيَّ اُدْعُنِي بِحَقِّهِ فَقـَدْ غَفَرْتُ لَكَ, وَلَوْ لاَمُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ.
“Setelah Adam berbuat dosa ia berkata kepada Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, demi kebenaran Muhammad aku mohon ampunan-Mu’. Allah bertanya (sebenarnya Allah itu maha mengetahui semua lubuk hati manusia, Dia bertanya ini agar Malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam as.): ‘Bagaimana engkau mengenal Muhammad, padahal ia belum kuciptakan?!’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah Engkau menciptakan aku dan meniupkan ruh kedalam jasadku, aku angkat kepalaku. Kulihat pada tiang-tiang ‘Arsy termaktub tulisan Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulallah. Sejak saat itu aku mengetahui bahwa disamping nama-Mu, selalu terdapat nama makhluk yang paling Engkau cintai’. Allah menegaskan: ‘Hai Adam, engkau benar, ia memang makhluk yang paling Kucintai. Berdo’alah kepada-Ku bihaqqihi (demi kebenarannya), engkau pasti Aku ampuni. Kalau bukan karena Muhammad engkau tidak akan Aku ciptakan “.
Hadits diatas diriwayatkan oleh Al-Hafidz As-Suyuthi dan dibenarkan olehnya dalam Khasha’ishun Nabawiyyah dikemukakan oleh Al-Baihaqi didalam Dala ’ilun Nubuwwah, diperkuat kebenarannya oleh Al-Qisthilani dan Az-Zarqani di dalam Al-Mawahibul Laduniyyah jilid 11/62, disebutkan oleh As-Sabki di dalam Syifa’us Saqam, Al-Hafidz Al-Haitsami mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh At-Thabarani dalam Al-Ausath
maka timbul pertanyaan saya :
1. jika Rasulullah tidak lebih mulia dari malaikat kenapa Nama Allah SWT tidak di sandingkan dengan mahluk ciptaannya yg lebih mulia, Jibril misalnya?
2. kanapa dan untuk apa syurga di ciptakan?
apakah untuk malaikat?
tentu untuk manusia yg bertaqwa bukan?
namun bagaimana manusia yg bertaqwa bisa masuk syurga, sedangkan manusia tidak akan di ciptakan oleh Allah SWT jika tidak ada Nabi Muhammad SAW mahluk yg paling dicintainya?
3. tidak ada Rasulullah SAW maka tidak ada manusia,tidak ada manusia maka tidak ada syurga dan neraka betul?
Masalah kema’shuman Nabi, simak tulisan saya: http://ustadzkholid.com/apakah-nabi-pernah-berbuat-salah/
Perkataan An Nabhani “keterjagaan para nabi dan rasul itu terjadi sesudah mereka menjadi nabi atau rasul” itu tidak tepat.
Sebelum saya tanggapi komentar anda, sebelumnya saya perlu tekankan beberapa hal:
Pertama, saya sendiri tidak menolak atau menyetujui pendapat Syaikh Al Utsaimin tersebut, jujur saja saya belum tahu mana pendapat yang rajih dalam masalah ini karena belum menelaah secara mendalam.
Kedua, dalam masalah ini tidak ada dalil yang sharih dan wadhih (tegas), sehingga ini adalah manathul ijtihad, hal yang terbuka ruang ijtihad di dalamnya. Jika anda memang meyakini pendapat bahwa Rasulullah adalah afdhalul khalqi, ya silakan. Tapi jika anda menyesatkan Syaikh Al Utsaimin atau menuduh beliau tidak cinta Nabi karena pendapat beliau, maka anda keliru. Mungkin anda perlu belajar lagi etika dalam perkara ijtihadiyyah.
Ketiga, tawaqquf itu artinya diam, abstain, netral. Syaikh Al Utsaimin tawaqquf dalam masalah ini, artinya beliau tidak mengatakan Rasulullah itu afdhalul khalqi dan juga tidak mengatakan bukan afdhalul khalqi. Beliau demikian karena tidak ada dalil sharih. Sikap beliau patut diapresiasi karena menunjukkan betapa hormat dan ta’zhim beliau terhadap dalil.
Keempat, saya penasaran apa hubungannya artikel di atas dengan bahasan kita ini? Ada kesan anda ingin menjatuhkan Syaikh Al Utsaimin si empunya fatwa tentang usbu’ Muhammad bin Abdil Wahhab di atas. Ada kesan juga anda ingin mengesankan ‘orang-orang wahabi’ itu tidak menganggap Nabi sebagai afdhalul khalqi. Perlu anda ketahui, Muhammad bin Abdil Wahhab, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Lajnah Ad Daimah, Syaikh Ibnu Baaz yang tentu juga akan dijuluki ‘ulama wahabi’ mereka berpendapat bahwa Rasulullah adalah afdhalul khalqi.
Pertanyaan saya :
Itu sekedar pertanyaan yang ingin menjelaskan kepada anda letak khilaf dalam masalah ini. Bukan berarti saya menjawab “tidak” atas semua pertanyaan itu.
Lalu, statement anda:
A. “Manusia diciptakan karena Rasulullah diciptakan”
B. “Surga dan neraka diciptakan untuk manusia”
dari A dan B anda menyimpulkan statement ketiga:
C. “kalau Rasulullah tidak diciptakan maka surga neraka sia-sia”
dari statement C, anda menyimpulkan
D. “berarti Rasulullah lebih mulia dari surga dan neraka”
Full permainan logika…
Lihatlah bedanya anda dengan Syaikh Al Utsaimin, ketika tidak ada dalil sharih Syaikh Al Utsaimin berhenti, tidak berpendapat, tawaqquf. Kalau ada dalil tegas, baru berpendapat. Namun anda, bermain otak-atik logika.
Dan statement “Manusia diciptakan karena Rasulullah diciptakan” ini tidak benar. Hadits yang anda bawakan itu palsu, silakan simak:
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/07/kepalsuan-riwayat-bertaubatnya-nabi.html
statement ini juga berasal dari keyakinan nur muhammad, yang juga keyakinan yang tidak benar.
http://muslim.or.id/aqidah/keyakinan-nur-muhammad-cikal-bakal-wihdatul-wujud.html
Allahu yahdiina waiyyakum
1. sesuai dengan judul di atas, kang aswad mengatakan peringatan hari pahlawan dan salah satunya syeikh utsaimin, di karnakan banyak perdebatan tentang beliau maka saya pun bertanya kepada akang, dan saya pun hanya bertanya satu kali tentang perkataan syeikh utsaimin, tidak ada dlm pertanyaan saya yg mengandung makna menghina dari syeikh utsaimin.
pada jawaban pertama hal potongan hasil Copaz saya akang menjelaskan tentang kerancuan pemahaman orang akan perkataan syeikh utsaimin disertai .namun di pernyataan terakhir akang tidak menolak dan tidak menyetujui tang hal ini di karnakan akang belum mendalaminya. akang pun mengatakan pada jawaban pertama bahwa afdhalul khalqi tidak ada nash dan sharihnya namun dijawaban terakhir syeikh Muhammad bin Abdil Wahhab, syeikh Ibnu Taimiyah, syeikh Ibnul Qayyim, Lajnah Ad Daimah, Syaikh Ibnu Baaz berpendapat bahwasanya Rasulullah adalah Afdhalul khalqi,jd yg manakah jawaban yg benar apakah ulama tsb dlm berpendapat tdk didasari oleh nash dan sharih?
2. pertanyaan di atas menjadi berubah di karnakan akang bertanya “apakah Rasulullah SAW lebih mulia daripada surga dan malaikat” dan bukankah itu sebuah logika ?
3. dalam sebuah etika apakah pembacaan ayat suci Al-Qu’an, riwayat nabi dan shalawat nabi dapat di namakan hura-hura dan nyanyi-nyanyi? tanpa ada makna untuk bertanya yg disertakan sertakan dalil? dan pada bagian manakah saya tidak beretika?
4. dari rangkaian jawaban akang maka sangatlah relevan jika saya kaitkan dengan perkataan tuan guru nik azis pada tayangan youtube tentang kemuliaan Nabi muhammad di mulai pada umur 40th dan ketika semasa kecil beliau sama dengan budak(anak-anak) mamat-mamat di kampung,dan inipun bukanlah perkataan yg saya lebih-lebihkan.
5.dlm penyertaan hadist dan riwayat yg saya sertakan tentang pertaubatan nabi adam maka saya kutip fatwa syeikhul islam Ibnu Taimiy yah dalam Al-Fatawi jilid XI /96 berkata sebagai berikut:
“Muhammad Rasulallah saw. adalah anak Adam yang terkemuka, manusia yang paling afdhal (utama) dan paling mulia. Karena itulah ada orang yang mengatakan, bahwa karena beliaulah Allah menciptakan alam semesta, dan ada pula yang mengatakan, kalau bukan karena Muhammad saw. Allah swt. tidak menciptakan ‘Arsy, tidak Kursiy (kekuasaan Allah), tidak menciptakan langit, bumi, matahari dan bulan. Akan tetapi semuanya itu bukan ucapan Rasulallah saw, bukan hadits shohih dan bukan hadits dho’if, tidak ada ahli ilmu yang mengutipnya sebagai ucapan (hadits) Nabi saw. dan tidak dikenal berasal dari sahabat Nabi. Hadits tersebut merupakan pembicaraan yang tidak diketahui siapa yang mengucapkannya. Sekalipun demikian makna hadits tersebut tepat benar dipergunakan sebagai tafsir firman Allah swt.: “Dialah Allah yang telah menciptakan bagi kalian apa yang ada dilangit dan dibumi ” (S.Luqman : 20), surat Ibrahim 32-34 (baca suratnya dibawah ini–pen.) dan ayat-ayat Al-Qur’an lainnya yang menerangkan, bahwa Allah menciptakan seisi alam ini untuk kepentingan anak-anak Adam. Sebagai- mana diketahui didalam ayat-ayat tersebut terkandung berbagai hikmah yang amat besar, bahkan lebih besar daripada itu. Jika anak Adam yang paling utama dan mulia itu, Muhammad saw. yang diciptakan Allah swt. untuk suatu tujuan dan hikmah yang besar dan luas, maka kelengkapan dan kesempurnaan semua ciptaan Allah swt. berakhir dengan terciptanya Muhammad saw.“. Demikianlah Ibnu Taimiyyah.
Firman-Nya dalam surat Ibrahim 32-34 yang dimaksud Ibnu Taimiyyah ialah:
اللهُ الَّذِى خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَ الاَرْضَ وَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً َفاَََخْرَجَ بِهِ
مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًالَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِى البَحْرِ بِاَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ
الاَنْهَارَ َوَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَآتَاكُمْ مِنْ
كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْه وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا اِنَّ الاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rizki untuk kalian, dan Dia telah menundukkan bahtera bagi kalian supaya bahtera itu dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagi kalian. Dan Dia jualah yang telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya masing-masing dan telah menundukkan bagi kalian siang dan malam. Dan Dia jugalah yang memberikan kepada kalian apa yang kalian perlukan/mohonkan. Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, kalian tidak akan dapat mengetahui berapa banyaknya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.(QS Ibrahim :32-34)
* senyum *
OK, saya anggap anda belum memahami dan mencerna komentar saya sebelumnya. Silakan dibaca kembali.
Dan saran saya, memahami agama itu dari dasar, tempuh metode yang benar dalam belajar agama dan beragama. Jangan belajar dengan copas dari sana sini lalu dijadikan satu. Ya, itu sekedar saran.
Dan saya rasa diskusi soal fatwa afdhalul khalqi ini sudah cukup jelas, sehingga saya cukupkan saja.
Semoga Allah melimpahkan hidayah-Nya kepada saya dan juga anda.
gini aja saya mau nanya ulama wahabi itu siapa aja, sebutkan secara runtut-genealogis dari Abdul Wahab sampai Nabi. sanad keilmuan itu penting, karena orang yang belajar Islam secara otodidak -tanpa bimbingan guru- kerap tersesat. contoh, ulama Asyairah dari Abu Hasan al-Asyari hingga Yasin al-Fadani atau hingga ulama sekarang memiliki jalur keilmuan yang runtut. Hal ini penting, karena penerbit2 wahabi itu kalau menerjemahkan karya ulama sunni seperti ta’wil mukhtalaf hadisnya ibn qutaybah, al-adzkarnya imam nawawi, fathul barinya ibn hajar kerap dipalsukan dan dibuang teks-teks yang tidak sesuai dengan paham wahabi.
dan lagi, saya mau nanya, lebih pintar siapa sih antara Abdul Wahab sama imam al-Suyuthi itu?
al-Shawi dalam Hasyiyah al-Shawi ala Jalalayn mengumpakan wahabi sebagai khawarij (alias neo-khawarij). tapi dalam terbitan Saudi, redaksi seperti itu dibuang dengan seenaknya. Bandingkan antara terbitan Saudi dengan terbitan Beirut dan lainnya.
Mas Daans alias Idris semoga anda dirahmati oleh Allah,
Pertama, ilmu itu Qur’an dan Hadits, entah darimana datangnya wajib diterima sebagai kebenaran. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
“ٍSebaik-baik kalian adalah yang mengajarkan Al Qur’an dan mempelajarinya” (HR. Bukhari no.5027)
Nabi tidak berkata: ‘Tapi, yang mengajarkan harus keturunanku‘.
Beliau juga bersabda:
نضر الله امرأ سمع منا حديثا فبلغه
“Semoga Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar sebuah hadits dariku, kemudian menyampaikannya” (HR.Ibnu Majah no.190, shahih)
Hadits ini jelas-jelas memuji siapa saja yang menyampaikan hadits, baik keturunan Rasulullah atau bukan.
Beliau juga bersabda:
الكبر بطر الحق وغمط الناس
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim no.91)
Nabi tidak mengatakan: “Kecuali jika bukan dari keturunanku maka tidak mengapa ditolak”
Kedua, entah apa maksud anda dengan terminologi ‘ulama wahabi’, namun jika yang anda maksud adalah ulama yang bermanhaj salafus-shalih, termasuk diantaranya Imam Asy Syafi’i Rahimahullah, dan banyak diantara mereka yang merupakan keturunan Rasulullah namun tidak perlu digembar-gemborkan. Para ulama bukan orang yang gila hormat, ingin diagungkan dan selain itu masalah nasab tidak menjadi tolak ukur diterimanya ilmu sebagaimana pada poin 1.
Ketiga, keturunan Nabi belum pasti benar, belum pasti selamat, belum pasti masuk surga (kecuali yang telah disebut oleh dalil). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ومَن بطَّأ به عملُه لَم يُسرع به نسبُه
“Orang yang lambat amalnya, tidak bisa dipercepat oleh nasabnya” (HR. Muslim)
Silakan baca tulisan kami:
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/mencintai-ahlul-bait
Keempat, Ibnu Abdil Wahhab ulama, As Suyuthi juga ulama, rahimahumallah. Membanding-bandingkan demikian agaknya kurang beradab. Pastinya, yang menjadi dalil tetaplah Qur’an dan Hadits, pendapat mereka berdua tidak diterima ketika bertentangan dengan dalil.
Kelima, tuduhan pemalsuan kitab hanyalah ‘lagu lama’ yang tidak lain hanyalah tuduhan palsu yang tidak benar. Ingat, dalam ilmu fiqih dibahas bahwa orang yang sudah terlanjur menuduh terkena kewajiban mendatangkan bukti. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
البينة على المدعي، و اليمين على من أنكر
“Pembuktian itu bagi yang menuduh, sumpah itu bagi tertuduh yang mengingkari tuduhan”
Jika tidak ada bukti, hanya asal bicara, berarti tuduhan palsu atau dusta. Takutlah anda terhadap dosa dusta. Silakan simak beberapa bahasan berikut:
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/09/pemalsuan-kitab-al-adzkaar.html
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/06/al-imam-abul-hasan-al-asyariy-asyaairah.html
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/06/pemalsuan-perkataan-al-imam-malik.html
Terakhir, demikian juga tuduhan khawarij. Saya enggan berkomentar banyak, toh parameter ‘wahabi’ dari orang-orang semacam anda pun tidak jelas. PKS, PAN, Muhammadiyah, Persis, Hidayatullah, Eramuslim, LIPIA, MTA, JI, MMI, Ansharut Tauhid, orang yang bercelana ngatung, yang istrinya bercadar semua dipatok sama sebagai ‘wahabi’ dan otomatis ‘khawarij’. Atau jangan-jangan, setiap yang tidak sepaham dengan anda atau kiai anda itu adalah wahabi dan otomatis ‘khawarij’. Allahul Musta’an.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang apa perbedaan antara “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullah” dengan “Perayaan Maulid Nabi”. Mengapa Maulid Nabi diingkari namun acara tersebut tidak diingkari?
Beliau menjawab:
Menurut hemat saya, perbedaannya dilihat dari dua sisi:
Pertama, “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullahu Ta’ala” tidak dianggap sebagai suatu bentuk taqarrub kepada Allah Azza Wa Jalla. Acara ini diadakan dalam rangka meluruskan info-info yang rancu mengenai pribadi beliau. Juga menjelaskan tentang nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin melalui tangan beliau (yaitu jasa-jasa beliau, pent).
Kedua, “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullahu Ta’ala” tidak diadakan secara rutin dan sebagaimana rutinnya hari raya. Isi dari kegiatan ini adalah memberikan menjelaskan dan merilis tulisan-tulisan beliau kepada masyarakat serta menerangkan tentang pribadi beliau. Karena penjelasan tentang hal ini banyak belum diketahui banyak orang. Hanya sebatas itu lah kegiatannya.
dari keterangan ini dapat disimpulkan bila peringatan maulidun Nabi SAW:
1). tidak dianggap sebagai suatu bentuk taqarrub kepada Allah Azza Wa Jalla. Acara ini diadakan dalam rangka meluruskan info-info yang rancu mengenai pribadi Nabi SAW. Juga menjelaskan tentang nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin melalui tangan beliau.
2). tidak diadakan secara rutin dan sebagaimana rutinnya hari raya. Isi dari kegiatan ini adalah memberikan menjelaskan dan merilis Sabda sabdanya SAW kepada masyarakat serta menerangkan sirah SAW. Karena penjelasan tentang hal ini banyak belum diketahui banyak orang. Hanya sebatas itu lah kegiatannya
maka peringatan maulidun Nabi SAW. tidak diingkari ( boleh dilaksanakan -mubah-, pent) maaf bila ada kesalahan dalam menyimpulkan !
Sayangnya fakta yang ada, acara Maulid Nabi tidak demikian. Sederhana saja, jika acara Maulid Nabi menerapkan 2 poin itu, tentu namanya bukan Maulid Nabi lagi.
Maulid artinya kelahiran.
saudara sudah melebihi wewenang Allah dan Rasulnya saudara sudah tau hati orang itu begini dan begitu, apakah saudara tahu maksud dari peringatan maulid nabi saw, apa tujuan orang memperingati maulid ? jangan saudara berburuk sangka. biarkan Allah yang menilai seseorang itu baik atau tidak.
Dalam Islam, amal dikatakan shalih kalau niatnya baik dan caranya benar. Kalau caranya tidak benar, tidak ada tuntunannya, maka bukan amal shalih walaupun niatnya baik.
Imam Syafi’i ra mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32)
INGAT!!!
sanad berbeda dengan nasab.
nasab adalah garis keturunan, sementara sanad adalah garis keilmuan.
sanad tidak selalu keturunan Nabi Muhammad SAW.
kalo boleh tau sanadnya pendiri wahabi itu siapa aja ya ?
apa sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW ?
#oranglangit
pertama, anda belum berkomentar koq sudah berbohong dengan mengaku sebagai orang langit. Saya hanya ingatkan berbohong itu dosa.
kedua, anda punya sanad hingga Rasulullah? Kalau tidak punya, dengan memakai kaidah anda, berarti pembaca selayaknya tidak percaya pada anda karena bisa jadi yang anda sampaikan itu dari setan.
ketiga, yang dimaksud pentingnya sanad oleh para ulama adalah sanad periwayatan hadits. Dan itu sudah berakhir hingga ditulisnya hadits-hadits dalam kitab-kitab hadits.
keempat, baik, katakanlah setiap orang yang berdakwah harus punya sanad sebagaimana sanad hadits. Lalu apakah anda tahu sanad itu tidak mesti shahih? Ada yang mursal, maqthu’, munqathi’, mutharrib, mu’allal, mudallas, dsb. Anda harus cek dulu itu sanadnya sebelum anda terima ilmunya.
kelima, Nabi bersabda ‘ballighu anni walau aayah’, ini dalil kewajiban menyampaikan ayat-ayat Qur’an dan juga termasuk hadits-hadits shahih. Beliau tidak mensyaratkan harus keturunan beliau atau harus punya sanad.
keenam, kalau ada orang yang tidak anda kenal menyampaikan hadits dari shahih dari Shahih Bukhari-Muslim lengkap dengan penjelasan para ulama, anda baru tahu hadits-nya, apakah anda terima dan beriman? Ataukah anda tolak mentah-mentah hadits tersebut karena yang menyampaikan tidak jelas sanadnya?
ketujuh, jika ada seorang kakak menasehati adiknya yang belum pakai jilbab. Tapi si kakak tidak punya sanad, sehingga dengan kaidah anda, si adik pun tidak bisa percaya pada nasehat si kakak, karena bisa jadi nasehatnya si kakak dari setan, belum meyakinkan.
kedelapan, wahabi itu siapa ya? saya? wahabi itu organisasi, partai politik atau grup Faceboook? memangnya siapa pendirinya? kalo ada organisasinya sekarang ketuanya siapa? lalu sejak kapan saya daftar? kalau mau daftar dimana ya?
kang Aswad memang belum paham tentang yang namanya sanad keilmuan, beliau hanya fanatik buta terhadap wahaby.
sebagaimana makna arti dari aswad (hitam) hitam hatinya. semoga Allah memberi taufiq dah hidayah. Amin.
Dari pada anda mencela saya berhati hitam, mencela saya muqallid, lebih baik anda jawab kejanggalan-kejanggalan keyakinan anda.
Saya hanya ingatkan, mencela itu dosa. Semoga Allah merahmati anda.
Oya, by the way, anda sudah punya sanad? Kalau belum berarti anda belum bisa memahamkan saya.
kang aswad,i’lam…Hum jahlul murokkab..!!!
Saya melihat orang yang tidak paham dasar, memberikan komentar disini.
Sehingga, jauh bak langit dan bumi antara pembahasan diatas, serta pertanyaan yg muncul.
Ala kulli haal, jawaban di atas sudah sangat mudah dipahami, bahkan untuk anak anak SD sekalipun.
Jazakallahu khayran stadz, barakallahu fiik
Permisi, membaca n memperdengarkan serta mendengarkan antum2 anggap sesat, n pelaku’a antum anggap kafir… antum2 sekali lg ane mohon please jgn liat dulu deh dzhohir (bentuk fisik) nya. karena semua kegiatan maulid, tahlil, dsb itu bukan semata2 mengambil dalil secara mentah2. akan tetapi melalu proses penyatuan antara dalil, budaya, nasab, dll..jd klo mau menelaah ibadah org NU, lihat secara bathiniah nya, percuma jg antum anggap diri antum paling benar,, klo antum msh bersandar pada kesombongan, merasa paling benar sendiri, egois, keras kepala, n lgsg menyalahkan yg di mata antum2 ini aneh… padahal Asbab nomor wahid org bisa lepas dr adzab kubur yaitu bukan dr amal2nya, akan tetapi dr keimanan’a. coba antum lirik lg apa saja 5 pertanyaan kubur itu??.. sudahkah tertanam di hati kita?? masya Allah, gmn mau jawab pertanyaan kubur, klo hati kita aja msh tertanam sombong, egois, ingin menang sendiri, selalu merasa benar, iri, dengki, hasud, dll???
Jazaakallah khayr atas nasehat-nasehatnya. Namun tolong sebutkan bagian tulisan atau komentar saya yang mana yang menyatakan orang tertentu atau organisasi tertentu itu kafir.
“Mengagungkan maulid dan menjadikannya sebagai tradisi, pahalanya agung, karena tujuannya baik dan mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Ibnu Taimiyah, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal. 621).
Jangan suka memutar-balikkan fakta. Kitab Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim itu banyak yang mencetak di Indonesia, terjemahannya juga ada. Saya juga alhamdulillah sudah baca. Jadi gampang sekali mengungkap kebohongan anda.
Coba simak:
http://muslim.or.id/manhaj/ibnu-taimiyah-ibnu-hajar-shalahuddin-al-ayubi-pro-maulid-nabi.html
Maaf, antum menulis :syeh utsaimin rahimahumullah, Ibn abdl wahhab rahimahumullah, sedang untuk nabi tdk ada salallahu alaihi wassalam ataupun cuma saw,
Saya hanya menerjemahkan apa adanya. Silakan lihat tulisan-tulisan saya yang lain di web ini untuk melihat apakah saya orang yang meremehkan shalawat kepada nabi atau tidak.
Sebenarnya Artikelnya sangat mudah dipahami, hanya saja sepertinya kebanyakan pengkomentar hanya ingin berdebat saja, walau dijelaskan dengan serincinya ttp saja takkan pernah puas karna tujuannya bikan ilmu atupun kebenaran tapi kepuasan dari sebuah keangkuhan.
Jika demikian, mengapa wahhabi kagak merayakan maulid nabi dengan tanpa meyakininya sebagai taqorub serta tidak mengulanginya sebagaimana mereka melakukan usbu’ ibn abdil wahhab?
Realitanya tidak mungkin orang merayakan Maulid Nabi tanpa ada niatan ibadah
Ijin share
yang nanya kagak ngerti-ngerti yah, dendam banget kayaknya, astagfirullahaladziim… yang awam aja baca penjelasannya jadi ngerti, jadi dapet ilmu.. Alhamdulillah…
pertama,maulid nabi hanyalah perayaan dan bukan ibadah.yang dianggap ibadah ialah melantunkan dzikir2 n ilmu yg ada dlm acara tsb
kedua,ulama wahabi memandang bahwa usbu ialah salah satu hal wajib dan merupakan sebaik2nya taqarrub
ﻛﻠﻤﺔ ﻓﻲ ﺃﺳﺒﻮﻉ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻹﺧﻮﺓ ﺍﻟﻜﺮﺍﻡ, ﺇﻥ ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ ﻟﺪﺭﺍﺳﺔ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺴﻠﻒ
ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻭﻣﻨﻪ ﺩﻋﻮﺓ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ , ﻭﺗﻌﺮﻳﻒ
ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻬﺎ, ﻭﺣﺜﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻻﺳﺘﻤﺴﺎﻙ ﺑﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺭﺳﻮﻝ
ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺻﺤﺎﺑﺘﻪ ﺍﻟﻜﺮﺍﻡ ﻭﺳﻠﻒ ﻫﺬﻩ
ﺍﻷﻣﺔ ﺃﻣﺮ ﻭﺍﺟﺐ ﻭﻣﻦ ﺃﻋﻈﻢ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ؛ ﻷﻧﻪ ﺗﻌﺎﻭﻥ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻴﺮ، ﻭﺗﺸﺎﻭﺭ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ، ﻭﺑﺤﺚ ﻟﻠﻮﺻﻮﻝ ﺇﻟﻰ
ﺍﻷﻓﻀﻞ , (ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﺑﻦ ﺑﺎﺯ، ﻣﺠﻤﻮﻉ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﻭﻣﻘﺎﻻﺕ ﻣﺘﻨﻮﻋﺔ،
ﺝ 1 ﺹ 382 ).
Mohon bersikap adil dan tidak mencoba mengelabui pembaca, perkataan kita akan ditimbang kelak di hari kiamat.
Teks yang anda nukil itu seakan 1 kesatuan, sehingga seolah Syaikh mewajibkan orang ikut pekan Muhammad bin Abdil Wahhab. Ini pengelabuan. Padahal itu terpisah.
ﻛﻠﻤﺔ ﻓﻲ ﺃﺳﺒﻮﻉ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
artinya: “tausiyah dalam acara pekan Muhammad bin Abdil Wahhab”
Ini adalah judul tulisannya. Sedangkan sisanya adalah potongan dari isi tausiyah. Silakan lihat di: http://www.binbaz.org.sa/node/8163
Jadi maksudnya Syaikh Ibnu Baz dalam acara pekan Muhammad bin Abdil Wahhab beliau berceramah yang isi ceramahnya mendorong orang untuk mempelajari madzhab salaf dan mendorong orang untuk mengenalkan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Dan mempelajarinya berarti mempelajari ilmu agama, sedangkan mempelajari ilmu agama adalah wajib dan bentuk taqarrub.
Orang yang bisa membaca arab gundul kalau membaca keseluruhan isi ceramah tidak akan ada yang menyimpulkan bahwa acara usbu’ tersebut wajib kalau tidak datang maka dosa. Mohon jangan membuat diri anda sendiri terlihat konyol.
Org2 pelaku bid’ah hasanah ini aneh2 ya komentarnya.. Mengatakan wahabi suka menyesatkan, padahal mereka sendiri tanpa sadar sdh terjerembab dlm perilaku sesat-menyesatkan. Duuuuh.. Duuuh.. Fanatik di mana mana membutakan.. Padahal kalau mau baik2 berdiskusi, dangan hati dan pikiran yg bersih dan murni, insyaAllah akan jelas semua kerancuan yg ada. Islam adalah agama dalil. Bkn agama nenek moyang atau guru.
ya sudah buatlah pekan nabi muhammad sebagaimana wahabiyun membuat pekan muhamad bin abdul wahab, tidak usah rutin. samakan isi kegiatannya dg kegiatan pekan MBAW.
Mungkin anda tidak paham bahwa acara usbu’ itu juga bukan acara tahunan atau dua tahunan atau seterusnya. Itu acara insidental saja. Karena ada usbu’ tokoh-tokoh yang lain juga, bukan hanya beliau.
Rutin atau tidak bukan kaidah menilai itu ibadah atau bukan…
Saya puasa sunnah juga tidak rutin..sedekah juga insidential.
Perayaannya sama, isinya sama, semangatnya sama kenapa bisa beda statusnya?
Ya beda laah antara rutin dengan tidak rutin …
Coba belajar dulu apa itu definisi العيد baru komentar, jangan sekedar ingin mencela saja. Puasa dan sedekah bukan العيد jadi tidak ada hubungannya.
Dan juga siapa yang bilang isi acaranya sama, jelas beda dong. Maulid itu peringatan hari lahir, kalau usbu’ Syaikh bukan peringatan hari lahir dan tidak di hari lahir.
Fa’tabiruu yaa ulil abshar…